Sabtu, 13 Desember 2008

How to Be a Cosplayer


  1. Pengenalan Karakter

Buat jadi cosplayer handal, kita harus mengenal lebih dalam karakter tokoh yang karakternya kita pilih. Maksudnya sih, biar kita lebih menjiwai karakter yang kita pilih itu. Asal tau aja nih, yang namanya kostum dan karakter itu adalah satu kesatuan. Kalo gesture kita beda sama tokoh aslinya, sama juga boong donk!

  1. Siapin Referensi

Namanya juga tokoh anime atau manga, model pakaian yang dipakai seorang tokoh jelas nggak Cuma satu macam. Udah gitu, detailnya juga ngak main-main. Makanya , kalo mau meniru seorang tokoh, sebaiknya cari referensi yang detail. Biar hasilnya nggak setengah-setengah.

  1. Perhatikn Bahan

Setelah gambar-gambar kostum itu lengkap, kita bisa mulai hunting barang-bahan kain untuk dijadikan pakaian. Perlu diingat, jangan asal pilih yang bahannya sama. Ada yang berat, ada yang ringan. So, perhatiin bener jatuhnya bahan di bodi karakter yang kita pilih. Biar kostum yang kita pake nggak jauh beda sama aslinya.

  1. Akting

Kelar melakukan pendalaman karakter dan pembuatan kostum, hal yang biasa dilakuin para cosplyer adalah berakting. Kita harus bisa berkting menjadi tokoh tersebut. Entah itu cara jalan, suara, maupun gaya andalan. Biar makin mirip!!

  1. Pede!

Hal ini yang paling penting. Meski sudah mempersiapkan diri matang-matang, tanpa pede belum tentu kita bisa tampil di depan umum. Abis, kostum yang dipake kan nggak biasa. Kalo sampe nggak dating pede, proyek ber-cosplay bisa gagal total!!

Cosplay

Di Jepang biasa disebut kosupure. Cosplay berasal dari kata “costume” dan “play”. Asal mulanya cosplay terinspirasi dari sebuah perayaan pesta kostum di Eropa. Di Jepang, ide itu dikembangkan jadi gay pakaian yang meniru dandanan kostum karakter manga, anime, dan video games.

Kebiasaan ber-cosplay saat ini sudah menjadi bagian dari kebudayaan anak muda Jepang. Setiap hari Sabtu dan Minggu, para cosplayer punya kebiasaan berkumpul di Harajuku untuk memamerkan dandanannya.

Belakangan, gaya berpakaian ini menjadi tren. Saat ini seni ber-cosplay sudah menjamur di berbagai Negara, termasuk di Indonesia.

Sedangkan fashion style yang disebut visual-kei lahir dari band-band Jepang yang jumlahnya menjamur di tahun 80-an. Filosofi dandanan ini adalah memunculkan imej sebuah band lewat dandanan yang dianggap cocok dengan musik dan attitudes-nya.

Band yang ber-visual-kei cenderung membuat karaternya sendiri-sendiri. Nggak meniru atau mengikuti orang lain. Semuanya orisinil mengacu dari ekspresi musical yang dikeluarkan.

Biasanya mereka menggunakan make-up yang tebal hasil pengembangan dandanan ala kabuki. Kabuki adalah sejenis ludruk asal Jepang yang diperankan oleh Make-up tebal itu sebenarnya bertujuan untuk menutupi identitas diri.

Untuk memperkuat visualnya, terkadang sebuah band melakukan pertunjukan dara di setiap performance. Maksudnya sih, biar karakternya lebih dahsyat terlihat. Buat kita yang bukan anak band, visual bisa diciptakan dengan memperhatikan karakter kita sendiri. Nggak terbatas dan nggak harus mengikuti dandanan band yang ber-visual-kei.

Di Harajuku banyak terlihat orang yang ber-visual-kei. Dandanannya diciptakan sesuai dengan kreasinya sendiri. Nggak heran, bentuknya jadi aneh-aneh dan kadang absurd. Tapi tetep aja asik diliat karena jujur datang dari diri sendiri.